Interprofessional Collaboration dan Millenium Development Goal(MDG)

Telah kita ketahui,kekurangan tenaga kesehatan sering terjadi,bukan sahaja di Indonesia,tetapi juga dihampir semua Negara diseluruh dunia mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Strategi yang Inovatif harus dikembangkan untuk mencapai Global Health Workforce. WHO telah mengeluarkan satu outline tentang Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice dimana adanya kolaborasi internasional diseluruh dunia untuk membentuk kerjasama kolaboratif yang sukses dan bisa diaplikasikan ke sistem kesehatan lokal. Kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan berdasarkan prinsip-prinsip utama kesehatan telah menjadi salah satu tantangan paling mendesak bagi para pembuat kebijakan, pekerja kesehatan, manajer dan anggota masyarakat sekitar dunia.

Sumber daya manusia untuk kesehatan berada dalam krisis.Kekurangan tenaga kesehatan diseluruh dunia hampir mencapai 4.3juta pekerja kesehatan telah bulat diakui sebagai penghalang terbesar untuk mencapai Millenium Development Goals yang berhubungan dengan kesehatan. Pemerintah diseluruh dunia sedang mencari inovatif,solusi dan sistem transforming yang dapat menjamin adanya supply tenaga kesehatan yang cukup. Salah satu dari solusi tersebut yang paling menjanjikan adalah adanya interprofessional collaboration. Kolaborasi antara setiap profesi penting untuk meningkatkan efektivitas dan kualitas  sistem pelayanan kesehatan.

Interprofessional Collaboration and education melibatkan mahasiswa dari dua atau lebih profesi yang berhubungan dengan kesehatan atau perawatan social yang terlibat dengan pembelajaran dari dan tentang satu sama lain.

Dari gambar bisa kita lihat semakin pentingnya kerja sama interdisipliner dalam perawatan kesehatan adalah karena adanya perubahan organisasi , pembiayaan, dan prioritas dari sistem perawatan kesehatan yang  telah  menciptakan keharusan baru untuk kerja tim interdisipliner. Kolaborasi dikoordinasikan antar profesi memiliki potensi  komprehensif, untuk menawarkan, perawatan pasien yang hemat biaya dan penekanan baru pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, yang akan penting dalam menghadapi tantangan kesehatan kontemporer.

Interdisipliner tim sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan. Pembagian kerja antara medis, keperawatan dan anggota praktisi kesehatan berarti bahwa tidak ada profesional tunggal yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap. Dalam kesehatan, di mana hasil perawatan pasien bergantung pada kerja tim lintas disiplin yang efektif.

Dalam bidang kesehatan kita memiliki keterbatasan pemahaman tentang bagaimana seseorang profesional kesehatan harus memberikan kontribusi terhadap kerja tim yang efektif.  Dibutuhkan pendidikan dan pelatihan profesional kesehatan untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam tim kerja karena  anggota tim kesehatan tidak memahami kompetensi yang dibutuhkan untuk tim yang sukses. Kita juga harus mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki oleh para profesional kesehatan yang dirasakan oleh rekan manajemen pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kerja sama tim. Identifikasi kompentesi ini perlu karena  “kemampuan setiap anggota tim, keterampilan, pengalaman, sikap, nilai-nilai persepsi ,peran, dan kepribadian  yang membuat seseorang yang unik dalam menentukan apa yang mereka mau dan mampu memberikan kontribusi, tingkat motivasi, metode interaksi dengan anggota kelompok lainnya dan tingkat penerimaan norma kelompok dan gol organisasi. Hal ini menunjukkan kebutuhan untuk fokus pada karakteristik individu yang telah ditemukan untuk berkontribusi pada kerja tim, sebagai “karakteristik pra-syarat kerja tim yang efektif”

Manajemen kompetensi adalah dasar bagi manajemen pendidikan kesehatan, umumnya dianggap terdiri dari keterampilan, pengetahuan, sifat-sifat,  dan motif  karena keempat kategori ini membentuk dasar model pelayanan kesehatan yang baik dan kolaborasi interprofesi yang baik.

Kepentingan kolaborasi dan kerjasama tim interprofesi ini adalah untuk menghadapi tantangan kesehatan yang mendesak dan untuk mencapai tujuan dan sasaran MDG. Tujuan dan sasaran MDG yang komprehensif meliputi aspek pembangunan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan perempuan, pembangunan ekonomi terutama dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan,pengelolaan lingkungan hidup dan kemitraan.

Lapan isu penting dalam Millenium Development Goal adalah:

1)Menghapuskan Kemiskinan dan kelaparan berat.

2)Mewujudkan Pendidikan Dasar untuk semua orang.

3)Mempromosikan keseteraan Gender dan pemberdayaan perempuan.

4)Menurunkan kematian anak.

5)meningkatkan Kesehatan Maternal.

6)Melawan persebaran HIV/AIDS dan penyakit kronis lainnya seperti Malaria dan Tuberkulosis.

7)Menjamin Keberlangsungan Lingkungan.

8)Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Masing-masing aspek tersebut dijabarkan dalam bentuk sasaran kuantitatif yang terukur dengan tahun 2015 nanti.Keberhasilan Millenium Development Goal di Indonesia akan dapat dicapai dengan 3 aspek penting ini digaris bawahi,yaitu,pertama, keberhasilan pembangunan kependudukan,kedua,program KB sebagai program utama kesehatan reproduksi yang menjadi faktor penentu dari keberhasilan sasaran yang saling terkait dan ketiga,jaminan kecukupan pembiayaan nasional dalam implementasi program kependudukan.

Referensi:Kuliah Interprofessional Education,Prof .dr.Laksono Trisnantoro, M,Sc,Ph.D,Faculty of Medicine,UGM; Artikel Millenium Development Goal,Siswanto Agus Wilopo,ketua Bagian dan Ketua Program Studi PascaSarjana S2,Ilmu Kesehatan Masyarakat,Fakultas Kedokteran,UGM.Baldwin DC. The role of interdisciplinary education and teamwork in primary care and health care reform. Rockville, Maryland;Effective healthcare teams require effective team members: defining teamwork competencies,Sandra G Leggat,School of Public Health, La Trobe University Australia,;Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice WHO.

Leave a comment

Filed under Leadership and Communication, Week 4

Leave a comment